Antologi 2 Siti Jamilah dkk
Wasiat Nasehat
( Antologi 2_Jejak Pena Pengembara Aksara_Faksi )
Oleh : Siti Jamilah
Namaku Sarah siswi kelas 3 SMP. Sekitar tahun 1992 menjelang kelulusan SMP, sekolah mengadakan acara piknik ke Loksado. Salah satu tempat wisata di kota Kandangan, Kalimantan Selatan. Kami seluruh siswa kelas 3 SMP menyambut dengan sangat gembira.
Saat itu jalanan menuju Loksado dari kota Kandangan tidak sepenuhnya dapat ditempuh dengan kendaraan. Kami naik mobil pick up menuju lokasi. Mobil hanya bisa mengantar di tempat yang masih berjarak sekitar 7 km ke lokasi wisata Loksado. Dari sini kami harus berjalan kaki menuju lokasi.
Jalanan setapak masih berupa batu cadas kadang mendaki, menurun, bahkan beberapa kali kami harus melewati sungai kecil. Kanan kiri jalan berupa hutan rindang yang masih perawan. Sesekali kami melihat kawanan monyet melintas di jalan tersebut. Jalanan yang cukup menanjak mengharuskan kami masing-masing mencari tongkat untuk pegangan.
Rombongan kami sekitar 40 orang siswa kelas 3 dan 10 orang siswa pengurus OSIS juga ikut piknik bersama kami. Kami didampingi Pak Radi, wakil kepala sekolah bidang kesiswaan mengajar mata pelajaran PMP (Pendidikan Moral Pancasila), sekarang berubah jadi PKN (Pendidikan Kewarganegaraan) . Beliau adalah guru yang sangat baik, akrab dengan siswa dan sangat penyabar. Kami sangat senang didampingi beliau.
Kami hanya membawa bekal secukupnya saja. Aku membawa tas ransel berisi beberapa potong pakaian dan sedikit cemilan. Ternyata cukup berat juga tas ransel yang kubawa. Aku memakai celana jeans biru, kaos dan jaket. Rambutku yang panjang dan lurus kukepang satu. Saat rombongan kami akan berangkat menuju lokasi, tiba-tiba adik kelasku yang bernama Hadi menawarkan untuk membawakan tas ranselku. Hadi adalah ketua OSIS di sekolah kami. Hadi duduk di kelas 2 SMP. Aku menolak untuk dibawakan tasku.
Awalnya kami semua selalu jalan bersama-sama, namun akhirnya jadi terpisah menjadi beberapa kelompok. Karena ada yang jalannya cepat, ada kadang harus berhenti untuk istirahat sebentar karena kelelahan. Selama perjalanan Hadi tidak pernah jauh dariku, dia selalu bersama kelompok kami. Sebentar-sebentar Hadi selalu memohon untuk membawakan tas ranselku. Lama-lama cukup capek juga kurasa membawa tas ransel yang cukup berat, akhirnya aku terima tawaran Hadi untuk membawakan tas ranselku.
Setelah berjalan sekitar 3 jam akhirnya kami sampai di lokasi. Untuk sampai ke pondok penginapan harus melewati jembatan gantung yang mengalir sungai jernih di bawahnya. Air sungai yang jernih dan dangkal dihiasi batu-batu besar mengalir cukup deras. Di sungai ini disediakan lanting (bambu yang dirakit, sebagai sarana transportasi air) untuk wisata di aliran air yang menyerupai arung jeram.
Pondok-pondok penginapan berada di tepi sungai. Di sekitar pondok-pondok penginapan berjejer pohon-pohon bambu. Daun-daun bambu yang mengalunkan gemerisik syahdu tertiup hembusan angin. Suara arus air yang deras menyuguhkan suasana khas yang menenangkan jiwa. Angin sejuk pegunungan cukup membuat kami harus mengancing jaket dengan rapat.
Kami menempati dua pondok besar. Satu untuk anak-anak perempuan dan satunya untuk anak-anak laki-laki. Selama 2 malam kami menginap di sana, makanan kami masak sendiri. Nasi panas ditemani ikan asin dan mie instan sangat nikmat rasanya.
Pagi-pagi sekali kami jalan kaki lagi sekitar 3 km menuju air terjun Haratai. Lokasinya lebih sulit lagi dijangkau, namun kami tetap semangat untuk melihat keindahan air terjun. Jalan setapak yang lebih terjal, melewati sungai dengan bebatuan besar licin. Kesulitan perjalanan terbayarkan dengan indahnya air terjun yang kami saksikan. Kami berfoto-foto dan ada juga beberapa teman yang nyebur ke air. Setelah puas bermain kami kembali ke pondok.
Malamnya kami berkumpul mengelilingi api unggun sambil bakar-bakar jagung. Jagung yang kami beli dari hasil panen penduduk setempat. Jagung bakar terasa manis dan segar sangat nikmat kami santap dengan kopi hangat. Beberapa teman menyanyi diiringi gitar menambah susana semakin menyenangkan.
Pesan kesan dari teman-teman satu persatu mengutarakan dengan penuh haru. Pesan Pak Radi sampai saat ini tak pernah kulupakan, "Anak-anak belajarlah dengan tekun untuk mencapai cita-cita kalian, jangan dulu pacar-pacaran karena akan mengganggu konsentrasi belajar kalian." Bagiku nasehat guru merupakan wasiat yang sangat penting dan wajib dilaksanakan.
Pesan Pak Radi sebenarnya sudah pernah beberapa kali beliau sampaikan saat mengajar di kelas. Dan aku selalu mengingat dan mematuhi pesan beliau. Pernah beberapa orang teman dan kakak kelasku mengirim surat cinta dan mengajak pacaran, namun semuanya kutolak dengan alasan mau fokus belajar.
Akhirnya tibalah waktunya kami berkemas-kemas untuk pulang. Kembali kami harus berjalan kaki sekitar 7 km. Untuk jalan pulang ini kami melewati jalan yang berbeda. Di perjalanan kami bertemu beberapa suku Dayak yang tinggal di rumah panggung yang khas. Masih ada beberapa sesepuh suku Dayak yang daun telinganya memanjang karena dikasih anting yang semakin banyak sesuai usia mereka.
Saat perjalan pulang ini, Hadi masih saja menawarkan membawakan tas ranselku. Dia selalu saja berjalan tak jauh dariku. Awalnya aku tidak berpikiran apapun karena dia adik kelasku. Selama perjalan pulang ada yang berbeda dari sikapnya. Dia banyak bertanya, tentang rencana aku akan lanjut SMA di mana. Tanya tentang alamat, hobi dan lainnya. Aku jawab saja saat itu tanpa curiga. Saat dia menanyakan apakah aku sudah punya pacar atau belum. Deg, dadaku berdegup kencang, aku sangat kaget dengan pertanyaan ini. Karena sudah beberapa teman cowok jika menanyakan hal ini ujung-ujungnya menyatakan cinta. Aku jadi salah tingkah dibuatnya. Aku jawab dengan jujur, aku tidak punya pacar karena memang tidak mau pacaran. Aku mau fokus belajar, pacaran bagiku akan mengganggu belajarku.
Memang tak dapat dipungkiri, Hadi adalah cowok ganteng dan pintar serta kiprahnya menjadi ketua OSIS menjadikan Hadi idola cewek-cewek. Namun prinsipku yang kuat untuk tidak pacaran, membuat hatiku tetap kututup untuk cinta.
Tibalah hari perpisahan. Aku naik ke panggung menerima penghargaan NEM (Nilai Ebtanas Murni) tertinggi. Setelah aku turun dari panggung tiba-tiba Hadi menghampiriku dan memberiku sebuah kado indah dengan pita merah muda dan hiasan bunga mawar merah.
"Selamat ya atas prestasinya, semoga sukses selalu, " ucap Hadi. "Iiiiya, terima kasih kamu juga semoga sukses ya, " kujawab dengan gugup sambil berlalu meninggalkannya. Mukaku bersemu merah karena malu, semua orang memandang kami. Terdengar suara cuitan teman-teman yang meneriaki kami.
Sepulang sekolah aku langsung membuka kado dari Hadi. Isinya berupa lukisan gunung Loksado.
Setelah itu aku disibukkan untuk daftar di SMA terbaik di kota Kandangan. Dengan NEM yang kuraih aku dimudahkan masuk ke SMA impianku.
Di SMA aku mempunyai guru favorit, Bu Ayu guru Kimia. Bu Ayu dengan jilbab lebarnya dan selalu memakai kaos kaki terlihat berbeda dengan guru-guru lainnya. Bu Ayu sangat ramah dan perhatian kepadaku. Terlebih ketika beberapa kali aku mendapat nilai 100 untuk ulangan Kimia. semakin hari aku semakin akrab dengan Bu Ayu. Aku dan beberapa teman sering mampir ke rumahnya yang tidak jauh dari sekolah.
Aku dan 3 orang temanku lainnya diajak Bu Ayu untuk belajar mengaji dengannya. Kami sangat senang. Setiap hari Ahad kami datang ke rumahnya untuk belajar Al-Qur’an. Bu Ayu juga menjelaskan tafsir beberapa ayat Al-Qur’an. Sampai pada Surah Al-Ahzab ayat 59,
“ Wahai Nabi, katakanlah kepada istri-istri orang Mukmin, ‘Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.’ Yang demikian itu supaya mereka mudah dikenali, oleh sebab itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha pengampun lagi Maha Penyayang.”
Berdasarkan ayat ini dijelaskan bahwa perintah berjilbab bagi kaum wanita hukumnya adalah wajib. Sejak itu aku pun memakai jilbab.
Kami juga mendapatkan penjelasan tentang haramnya pacaran karena termasuk mendekati zina, sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Qur’an berikut ini :
“Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah perbuatan yang keji dan sesuatu jalan yang buruk,” (QS. Al – Isra, 17 : 32)
Dengan mengikuti pengajian yang dibimbing oleh Bu Ayu banyak sekali pelajaran yang aku dapatkan khususnya tentang agama Islam. Sekarang wasiat nasehat tentang tidak boleh pacaran bukan hanya karena nasehat Pak Radi. Tapi aku menjauhi pacaran karena Allah SWT melarangnya.
Alhamdulillah aku berhasil melewati masa-masa sekolah SMA hingga kuliah sama sekali tidak pernah pacaran. Tapi aku langsung dikaruniai suami yang baik dan sholeh dari Allah SWT tanpa proses pacaran. Dan kami hidup sangat bahagia dengan 3 orang putra putri yang menyenangkan hati.
Antologi_2
Editor Bu Maesaroh